Jumat, 29 Maret 2013

Perjalanan dramatis Schalke di UEFA Cup musim 1996/97


Beberapa klub Jerman memiliki tradisi dan sejarah, termasuk Schalke. Mereka salah satu klub terbaik di Jerman dan salah satu klub tersukses di abad ke 20. Klub sudah lama melanjutkan sejarah-sejarah hebat.

Itulah yang membuat UEFA Cup musim 1996/97 begitu spesial. Itu adalah momen luar biasa bagi klub dan supporter dan salah satu momen yang tidak terlupakan oleh sepak bola Jerman.

Perjalanan mereka dimulai dengan pertandingan menghadapi Roda Kerkrade. Walaupun Schalke finish di posisi ketiga di musim sebelumnya dan tidak ada orang yang memperkirakan Schalke akan hingga final di kompetisi tersebut.

Mereka memenangi pertandingan 3-0 dan di leg kedua draw 2-2. Bagi kebanyakan supporter Schalke, ini merupakan hasil yang bagus. Wilmots, yang dibeli tim di musim panas, mencetak tiga goal di kedua pertandingan dan  telah menunjukan bahwa ia adalah pemain yang penting untuk tim musim tersebut. Kebetulan, Roda saat itu dilatih oleh Huub Stevens, yang tidak lama setelah pertandingan tersebut ia melatih Schalke.

Dengan agregat 5-2 atas Roda JC, Schalke lolos ke putaran kedua, Schalke menghadapi klub asal Turki, Trabszonspor. Leg pertama pertandingan tersebut merupakan pertandingan kandang pertama Huub Stevens menjadi pelatih Schalke. Martin Marx mencetak satu-satunya goal di leg pertama, tetapi pertandingan menjadi lebih menarik di leg kedua.

Johan de Kock mencetak dua gol di tiga menit yang membuat Schalke unggul 2-0. Namun tak lama setelah itu, Trabzonspor mencetak tiga goal hingga menit ke 71. Max kembali menjadi pahlawan Schalke,  di menit ke 73 ia mencetak goal penyeimbang 3-3 yang membuat Schalke lolos ke babak 16 besar.  Ini bukanlah satu-satunya kemenangan dramatis Schalke di kompetisi ini, yang akan kita lihat selanjutnya.

Mencapai babak 16 besar, supporter Schalke meyakini bahwa tim dapat melakukan lebih dari yang diharapkan. Penantang selanjutnya Schalke ialah Club Brugge. Perjalanan Schalke menuju Belgia melewati banyak rintangan, seperti salju, badai, dan suhu yang amat dingin. Pertandingan pun harus dijalani di lapangan yang penuh dengan salju. Disinilah drama dimulai.

Klub Belgia unggul di menit 35 yang memberikan tekanan untuk Schalke. Beberapa saat setelah istirahat babak pertama, Schalke mendapat hadiah pinalti. Namun, pinalty yang ditendang Olaf Thon gagal, dikarenakan lapangan yang licin dan membuatnya pinaltinya mudah ditangkap. Mike Buskens, yang memulai pertandingan pertamanya dibawah kepelatihan Huub Stevens, mencetak goal penyeimbang untuk Schalke. Beberapa menit kemudian Buskens membuat kesalahan dengan gagal mencegah goal Brugge. Brugge  menang 2-1, tetapi Schalke memiliki goal tandang yang lebih baik.

Cuaca tidak membaik di leg kedua dengan hujan lebat mengguyur Parkstadion. Namun itu tidak memberhentikan semangat Schalke untuk lolos ke babak selanjutnya, pertandingan ini menjadi pertandingan terbaik Schalke di kompetisi tersebut, dengan Schalke menang 2-0 lewat goal Max dan Youri Mulder. Schalke melaju ke perempat final, dan menjadi satu-satunya tim Jerman yang tersisa.

Di perempat final Schalke mendapat tantangan sesungguhnya, mereka akan menghadapi Valencia yang saat itu merupakan tim  terbaik di Eropa. Dan mereka membuktikannya dengan menenkankan Schalke sejak awal pertandingan, Thomas Linke memblok shootingan dari Leandro di menit kedua. Membutuhkan waktu 30 menit untuk Schalke membuat peluang, tetapi ketika mereka melakukannya, itu menambah kepercayaan mereka.

Thomas Linke kembali menjadi pahlawan dengan mencetak goal lewat sundulan dari jarak 16 yard satu menit sebelum istirahat babak pertama. Itu merupakan goal pertamanya di kompetisi Eropa. Setelah pertandingan ia mengatakan ingin menghemat energinya untuk menjaga Leandro di sisa pertandingan. Schalke kemudian mencetak goal kedua yang dicetak oleh Marc Wilmots. Setelah pertandingan, Franz Beckenbauer mengatakan Schalke dapat melaju ke final. Dan yang ia katakan benar.

Hampir 5000 fans Schalke mendukung Schalke di Spanyol dan mereka mendapat penghargaan atas itu. Pertandingan berakhir 1-1 dengan Mulders mengamankan posisi Schalke di semifinal. Di semi final Schalke tidak beruntung, dua pemain mereka mengalami cedera.
 
Schalke menghadapi Tenerife tanpa dua striker pilihan utama mereka, Mulders dan Max, membuat Schalke tidak memiliki striker tersisa. Rudi Assauer, direktur Schalke saat itu malah sampai berlatih dengan tim dan Huub Stevens bercanda dengan mengatakan ia harus bermain di pertandingan tersebut. Di luar candaan tersebut, tentunya ada tekanan didalam squad.

Schalke memainkan pertandingan terburuk mereka di kompetisi ini pada leg pertama. Mereka bermain dengan satu striker Radoslav Ratal dan kebobolan goal di menit ke lima lewat pinalti. Keberuntungan untuk Schalke, dua pemain Tenerife diusir wasit. Beberapa saat setelah itu, Wilmots menghasilkan pinalti. de Kock yang menendang pinalti dengan penuh tekanan gagal mengeksekusi pinalti. Untuk pertama kalinya, Schalke gagal mencetak goal tandang di kompetisi ini.

Come back di leg kedua merupakan saat-saat bersejarah dalam sejarah klub.  Stevens tahu bahwa ia memiliki keuntungan lebih sedikit dari Tenerife dan mulai berlatih set pieces. Linke mencetak goal penyeimbang agregat di menit ke 68, pertandingan pun dilanjut ke extra time. Seluruh 60.000 supporter di Parkstadion tidak berhenti mendukung Schalke hingga menit ke 120. Dan pemain merespon, Marc Wilmots kembali menjadi pahlawan dengan mencetak goal yang mengamankan Schalke ke final.

Impian menjadi kenyataan, apa yang terjadi selanjutnya melampaui euforia dari perjalanan panjang mereka, fans Schalke pun tidak dapat membayangkan impian mereka bulan-bulan sebelumnya ketika Schalke menghadapi Roda JC. Dua pertandingan final membuat sejarah untuk klub yang telah mereka cari selama beberapa dekade. Mereka menghadapi tim tangguh Inter Milan. Inter memiliki pemain bintang seperti Pagliuca, Bergomi, Djorkaeff, Zamoran dan Zanetti muda. Namun, tim bertabur bintang bukan berarti tidak dapat dikalahkan. di leg pertama Schalke menang 1-0 lewat goal Wilmots di 30 menit sebelum laga usai. Di leg kedua, juara ditentukan tentunya, Inter yang menjadi tuan rumah mencetak goal  di menit 84 dan membuat pertandingan dilanjut ke extra time dan adu pinalti.

Kiper Schalke saat itu, Jens Lehmann  dapat menahan pinalti dari Zamorano dan Winter, sedangkan keempat algojo pinalti Schalke, Anderbrugge, Thon,Max, dan Wilmots berhasil mengeksekusi pinalti, dan membuat Schalke memenangi kompetisi Eropa untuk pertama kalinya...

Schalke nyaris kembali melakukan  peristiwa yang sama di Liga Champion musim 2010/11, saat mereka melaju hingga semifinal dengan mengalahkan juara berahan Inter Milan di perempat final, tetapi takluk 4-1 oleh Manchester United di semi final. Dua musim berikutnya Schalke kembali berlaga di kompetisi Eropa, mereka menjadi juara grup Liga Champion untuk pertama kalinya, namun  mereka takluk oleh Galatasaray di babak 16 besar.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Schalke 04 Indonesia. Copyright 2012 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Free Blogger Templates Converted into Blogger Template by Bloganol dot com