Senin, 07 Januari 2013

Jens Lehmann -- Mad Jens


A. Memulai karir bersama Schalke di akhir 80-an, Lehmann segera mendapat reputasi sebagai kiper yang kerap melakukan kesalahan dan mulai kehilangan dukungan fans saat menghadapi Bayer Leverkusen di musim 1993-1994. Kebobolan tiga gol hanya dalam waktu tujuh menit di babak pertama membuat para suporter menyuarakan rasa frustrasi mereka pada Lehmann yang kala itu masih berusia 23 tahun.

Pelatih Jorg Berger memutuskan untuk menariknya keluar di saat turun minum, dan mengatakan jika ia akan berbicara dengan Lehmann keesokan paginya. Namun Lehmann yang tampak salah paham, kemudian pulang ke rumah dengan seenaknya. Ia pun dicopot dari skuad selama sepuluh laga berikutnya.
Read More...

B. Lehmann akhirnya membuktikan dirinya di Schalke dan menjadi figur kunci dari tim yang berlaga di papan atas Jerman itu. Namun di tahun 1998 ia memilih mencari tantangan baru dan bergabung dengan AC Milan. Enam bulan kemudian, performa Lehmann yang tak menentu menjadikannya sebagai penghangat bangku cadangan.

"Saya tak tahan lagi. Saya tak siap menghabiskan karir saya dengan hanya menjadi pelapis Sebastiano Rossi," ucapnya kala itu.

Demi mencari kesempatan bermain reguler ia memutuskan untuk hengkang. Meski pernah mengatakan kalau ia 'lebih baik bermain untuk Schalke di divisi kedua ketimbang membela Dortmund', tetapi toh akhirnya Lehmann bergabung juga dengan Dortmund.

Mengingat rivalitas kedua klub, fans Dortmund menunjukkan kebencian mereka pada Lehmann sejak awal, dengan menggantung banner bertuliskan 'Sekali Musuh, Tetap Musuh'. Ia juga dicemooh fans Schalke saat kembali ke sana bersama Dortmund.

C. Sudah dikucilkan oleh suporter Dortmund, Lehmann kembali membuat masalah dengan mengencani Conny, wanita yang sudah lima tahun menjadi pacar legenda Dortmund, Knut Reinhardt, sesaat setelah sang gelandang dijual ke Nurnberg.

"Dia sendiri dan saya pun sendiri. Itu terjadi begitu saja," kilah Lehmann.

Reinhardt amat terguncang dengan skandal itu dan mengatakan, "Saat Conny mengungkapkan hal itu, rasanya seseorang telah memukul saya dengan tongkat kayu. Saya bahkan mempertimbangkan untuk mundur dari sepak bola."

Lehmann pada akhirnya menikahi Conny dan ia baru mengungkapkan hubungannya dengan Lehmann di tahun 2008.

D. Setelah didatangkan Dortmund di bulan Januari, Lehmann menerima kartu merah pertamanya di bulan April ketika ia menarik rambut Timo Lange dalam pertandingan melawan Hansa Rostock. "Saya tak disiplin dan bodoh," sesalnya kala itu.

Namun Lehmann tak pernah jera. Ia terhindar dari kartu merah ketika menendang Soumaila Coulibaly dalam kemenangan 5-1 Dortmund melawan Freiburg di tahun 2002 karena wasit tak melihat insiden itu, namun ia akhirnya mendapat sanksi empat laga.

"Saya memang sengaja menendangnya karena saya pikir ia merusak pelindung lutut saya. Meski pada saat menendang, saya ingin menarik kaki saya karena tahu hal itu bodoh, namun sayang semua sudah terlambat saat itu," papar Lehmann, kembali menyesal.

Februari 2003, Lehmann diusir keluar lapangan 10 menit sebelum laga usai dalam laga Revierderby kontra Schalke yang berakhir imbang 2-2. Ia mendapat kartu kuning kedua karena keluar dari gawangnya karena sebuah alasan konyol, yaitu demi bertikai dengan rekan setimnya, Marcio Amoroso.

E. Lehmann meninggalkan Dortmund dan mendarat di Arsenal di tahun 2003. Meski sering bermain inkonsiten dan juga eksentrik, namun ia selalu diturunkan sepanjang musim di mana tim Invincible Arsenal mencatat rekor tak terkalahkan sepanjang musim kala itu.

Tiga pekan sebelum akhir musim, saat Arsenal unggul 2-1 di kandang Tottenham dan tinggal selangkah lagi mengunci gelar juara, Lehmann melakukan hal yang mengancam rekor Arsenal dengan mendorong jatuh Robbie Keane dalam situasi sepak pojok.

Wasit Mark Halsey menghadiahkan tendangan penalti dan berbicara dengan asistennya, apakah perlu memberi kartu merah pada Lehmann atau tidak. Beruntung, ia hanya diganjar kartu kuning dan pertandingan berakhir imbang 2-2, namun itu sudah cukup bagi Arsenal untuk mengunci gelar juara. Tetapi tetap saja kelakuan Lehmann itu tak bisa diabaikan.

F. Ketika bermain imbang 1-1 melawan Chelsea di musim 2006-2007, Lehmann sempat bersitegang dengan Didier Drogba dan mendorongnya hingga terjatuh. Wasit Alan Wiley sepertinya tak memperhatikan insiden itu, dan Drogba kemudian membalas dengan memberikan dorongan pelan pada Lehmann, tapi sang kiper kemudian pura-pura jatuh seperti aktor di film komedi. Keduanya diganjar kartu merah, namun untungnya insiden itu segera dilupakan.

"Tak ada apa-apa antara saya dengan Drogba. Saya menyukainya. Saya pikir jabat tangan yang kami lakukan telah mengatakan semuanya," cetus Lehmann.

G. Dalam laga yang sama, Lehmann tampak mengutarakan amarahnya pada rekan setim Drogba, Frank Lampard. "Beberapa rekan setimnya menghina saya dengan sangat buruk. Lampard adalah spesialis dalam menghina seseorang," ujar Lehmann dengan emosi.

Lampard sebaliknya, memilih untuk menunggu beberapa bulan sebelum membalas komentar Lehmann itu.

"Bagi saya, itu semua karena panasnya pertarungan dan tak berguna membicarakannya pada media setelahnya, namun pekan lalu saya dan sepupu saya, Jamie Redknapp pergi makan malam di sebuah restoran di London dan Lehmann duduk hanya beberapa meter dari kami yang ada di meja lain," kata Lampard.

"Kami menghampirinya dan ia benar-benar mengacuhkan kami berdua. Faktanya, ketika ia pergi, ia melewati meja kami dan tak punya keinginan untuk berkata apa pun - entah itu baik atau buruk. Mungkin Lehmann memang lebih sensitif dari kita semua."

H. Saat Arsenal didepak Bayern Munich dari pentas Liga Champions dan para pemain The Gunners berjalan keluar dari lapangan, Lehmann meremas botol air minum miliknya dengan rasa frustrasi dan berusaha menyiramkannya pada wasit Massimo di Santis.

Lehmann segera menghampiri sang wasit dan menjelaskan kalau itu hanya kecelakaan, bahkan ia mengunjunginya di ruang wasit usai laga. Meski demikian, Di Santis, merasa jika hal itu disengaja dan menuliskannya dalam laporan untuk UEFA. Lehmann pun dikenai sanksi dua laga dan Arsene Wenger pun tak menunjukkan simpatinya dengan mengatakan, "Saya tak bisa menjamin ia akan mejadi pilihan pertama di awal musim karena ia diskors di Eropa. Itu sesuatu yang harus saya pikirkan."

I. Musim 2007-2008, manajer Arsene Wenger memutuskan untuk menunjuk Manuel Almunia sebagai pilihan pertamanya di bawah mistar gawang Arsenal - keputusan yang tak bisa diterima oleh Lehmann.

"Sungguh membuat frustrasi. Saat melihat performanya, saya geram dan harus mengepalkan tangan di dalam saku. Duduk di bangku cadangan di belakang seseorang yang baru bermain di usia 30 tahun tidaklah lucu," tuturnya.

Dan Lehmann terus menyuplai media dengan komentar anti-Almunia sepanjang musim kompetisi, kendati itu tak mengejutkan kiper asal Spanyol itu.

"Saya harus mengatasinya setiap hari sejak ia keluar dari tim dan bahkan sebelum itu. Itu tak mengejutkan saya. Jujur saya jadi terbiasa membaca hal itu darinya. Ia bisa mengatakan apa yang ia suka. Saya datang ke kamp latihan dan bekerja bersama Fabianski dan Vito Mannone. Lagipula, mereka kiper yang lebih baik darinya," kata Almunia pada The Guardian di bulan April 2008.

J. Lehmann akhirnya meninggalkan Arsenal dan bergabung bersama Stuttgart di tahun 2008 dan dalam musim debutnya di sana, kelakuannya makin parah dan mencapai puncaknya dalam waktu dua laga di Februari 2009.

Saat dibekuk Zenit 2-1 di tanggal 18 Februari, Lehmann meluapkan rasa frustrasinya pada lini belakang Stuttgart dengan cara merobek bandana milik rekan setimnya, Khalid Boulahrouz dan melemparkannya ke arah anak gawang.

Tiga hari kemudian, saat bermain imbang 3-3 melawan Hoffenheim di kandang, Lehmann menemukan sepatu milik gelandang lawan Sejad Salihovic, yang baru diganjar kartu kuning akibat melanggar Arthur Boka. Lehmann mengambil sepatu itu dan melemparnya ke atas jaring gawangnya sendiri.

Ia mendapat kritik dari pelatih Hoffenheim, Ralf Rangnick namun ia malah menanggapinya dengan santai sembari berkata, "Sungguh menyedihkan karena ia tampak tak mengerti aturan. Jika Rangnick mengamati segalanya sedekat yang ia katakan, ia bakal tahu jika saya melakukan hal itu dengan segala hal yang saya temukan tergeletak di sekitar area penalti saya."

K. Di musim 2009-2010, Lehmann dibekukan dari klub setelah ia tanpa ijin, menghadiri acara Oktoberfest di bulan September. Pada bulan yang sama di Eintracht Frankfurt, ia mendorong jatuh seorang fotografer.

Di bulan Oktober, saat kalah 0-1 dari Hannover, pada menit 81 Lehmann diejek oleh anak gawang yang menolak memberikan bola kepadanya dan memilih untuk membuangnya di udara. "Inilah tipikal kebudayaan kita - curang!" komentar Lehmann.

Bulan Desember, Lehmann mengkritik suporter dan direksi Stuttgart secara terbuka setelah demonstrasi fans berujung pada pemecatan pelatih Markus Babbel. "Ada sekumpulan bocah, sebagian besar tengah puber, dan itu membawa dampak yang memaksa klub mengambil keputusan. Jika Anda punya kekuatan dan kualitas untuk membuat keputusan yang berlawanan dengan opini publik, maka segalanya akan lebih baik," sindirnya.

Ia dijatuhi denda 40.000 euro atas komentar pedasnya itu, namun ia menolak untuk membayarnya.

L. Dalam pertandingan Liga Champions kontra Unirea Urziceni, ketika rekan setimnya di Stuttgart tengah menyerang, Lehmann memutuskan untuk buang air kecil di belakang gawang.

Sebuah serangan balik lawan memaksanya berhenti, namun ia mampu kembali ke lapangan sebelum klub Rumania itu bisa memanfaatkan kondisi. Aksi itu bahkan mendapat pujian dari direktur Stuttgart, Horst Heldt. "Saya pikir ia mengatasinya dengan sangat mahir. Itu situasi yang sulit."

M. Tiga hari setelah insiden di Liga Champions itu, Lehmann kembali menjadi sorotan. Saat Stuttgart unggul 1-0 atas Mainz, ia diganjar kartu merah akibat menginjak kaki Aristide Bance di menit akhir. Mainz mendapatkan penalti dan akhirnya mengunci satu poin, sementara Lehmann dikenai sanksi tiga laga.

Saat meninggalkan stadion Bruchwegstadion setelah insiden itu, seorang suporter bertanya mengapa ia tak bisa bersikap normal dan Lehmann merespon dengan mengambil kacamata fans tersebut dan pergi begitu saja.

N. Menghabiskan tujuh tahun sebagai pelapis Oliver Kahn di timnas Jerman, Lehmann mengambil kesempatan untuk menjatuhkan sang rival jelang Euro 2004 setelah kehidupan pribadi kiper Bayern Munich itu terkuak di media.

"Saya tak punya pacar berusia 24 tahun. Saya punya hidup yang berbeda," ujar Lehmann merujuk pada fakta bahwa Kahn mengencani gadis yang ia temui di pesta disko, sesaat setelah ia bercerai dari istrinya.

Ia juga menambahkan, "Rudi Voller pernah berkata 'Pemain yang baik menarik perhatian lewat performa bagus sepanjang waktu dan tidak lewat skandal di luar lapangan'."

Komentarnya itu mengundang kritik di seantero Jerman, dan Kahn tetap menjadi kiper nomor satu di Euro 2004. Lehmann akhirnya menjadi pilihan utama Jurgen Klinsmann di Piala Dunia 2006. Keduanya pun tampak sudah mengubur perseteruan mereka setelah Kahn mendoakan sukses untuk Lehmann dan memberikan catatan dari pelatih kiper Jerman ketika mereka menang adu penalti lawan Argentina.

Namun ternyata hal itu belum berakhir, ketika dalam sebuah wawancara, Kahn menganjurkan Lehmann untuk pensiun di tahun 2009. Tak hanya itu, saat ditanya apakah Lehmann seharusnya menjadi bagian skuad Der Panzer di Piala Dunia, Kahn mengatakan, "Saya harus memberi jalan padanya untuk menjadi kiper utama di Piala Dunia 2006 dan saya pun menjadi bias. Saya akan katakan tidak."

Lehmann, dalam otobiografinya di tahun 2010, juga mengklaim kalau dirinya lebih baik dari Kahn dalam mengatasi tekanan dan mengecam kemampuan sang rival dalam membaca permainan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Schalke 04 Indonesia. Copyright 2012 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Free Blogger Templates Converted into Blogger Template by Bloganol dot com